Semarang – Setelah sempat mengalami lonjakan, harga beras kini berangsur turun di Semarang. Namun, ternyata daya beli masyarakat masih belum pulih.

beberapa pedagang sembako di Pasar Dargo mengeluhkan turunnya daya beli masyarakat akibat harga beras yang sempat melambung.

Kendati ada penurunan, sebagian masyarakat tetap memilih mengurangi jatah belanja. Pasalnya, bahan pokok lainnya seperti telur dan gula masih relatif mahal.

Telur dibanderol Rp 30.000 per kilogram dan gula Rp 17.000 per kilogram.

“Daya beli masyarakat turun 50-60 persen. Mereka yang biasa langganan akhirnya nyari yang lain yang lebih murah. Jumlah beras yang dibeli misal dari biasanya 25 kilogram jadi 5 kilogram,” jelas Satya, pedagang Toko Sariwangi, Senin (4/3/2024).

Dengan kondisi ini, dia mengaku omzetnya menurun. Untungnya, dia tidak merugi dan tetap dapat berdagang.

Kini harga beras premium turun Rp 1.000 per kilogram menjadi Rp 18.000 per kilogram. Namun, Satya mengkhawatirkan harga kembali naik menjelang Lebaran.

Sementara itu, saat ini beras biasa seperti C4 di harga Rp 13.000-Rp 14.000 per kilogram tergantung dari jenisnya.

“Kalau C4 biasa memang turun udah balik seperti sebelumnya, harga di atas Rp 13.000 per kilogram,” imbuhnya.

Belakangan banyak keluhan kenaikan bahan pokok dari para pembelinya. Kendati demikian, Satya juga hanya mengikuti perkembangan harga pasar.

“Tapi kan mau tidak mau kita makanan pokoknya beras harus beli beras, untuk yang dijual ulang (reseller) ngeluhnya juga banyak, karena daya beli rendah, karena UMR juga kurang, untuk sekadar kebutuhan sehari-hari pun mungkin pendapat saya pribadi agak susah,” katanya.

Agus, pedagang Toko 20, mengungkapkan hal senada dengan Setya. Menurutnya, penurunan harga beras belum signifikan. Akibatnya, daya beli masyarakat belum kembali normal.

“Penurunannya sudah Rp 1.000 per kilogram, yang beras murah (biasa) turun harga banyak. Kalau premium turunnya baru Rp 10.000-an per sak (25 kilogram),” ujar Agus saat ditemui di tokonya.

Agus menjelaskan, beras nonkelas atau beras murah sudah turun hingga Rp 335.000 per sak. Lalu, jenis premium Rp 375.000 per sak. Padahal, kemarin sempat tembus Rp 400.000.

“Sekarang yang biasa Rp 335.000 per sak. Kalau medium masih Rp 350.000-Rp 360.000 per sak, premium masih di angka Rp 375.000 per sak. Sudah tutun banyak, kemarin sampai Rp 400.000 per sak,” bebernya.

Menurutnya, penurunan ini terjadi karena mulainya panen raya di sejumlah daerah di Jateng. Lalu, dibarengi kucuran beras subsidi pemerintah melalui program SPHP dari Bulog di pasaran. Lebih lanjut, Agus menyebut penurunan harga beras ini mulai terlihat setelah Presiden Joko Widodo memberikan bantuan pangan di beberapa daerah.

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jateng Ratna Kawuri membenarkan bahwa harga beras mulai turun beberapa hari terakhir. Pihaknya mengimbau agar masyarakat tidak melakukan panic buying. Pasalnya, seiring dimulainya panen raya akan mendongkrak pasokan beras di Jateng.

“Harga beras mulai tahun baru relatif naik. Tapi tiga sampai empat hari lalu ada kecenderungan turun. Karena harga beli di tingkat petani juga mulai menurun,” tutur Ratna.

 

Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ahmad Luthfi, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Satake Bayu, Kombes Pol Andhika Bayu Adhittama, Jawa Tengah, Jateng, AKBP Sigit, AKBP Suryadi, AKBP Erick Budi Santoso, Iptu Mohammad Bimo Seno, Kompol Joko Lelono, AKBP Hary Ardianto, AKBP Bronto Budiyono